Budidaya Kebun Kopi Sebagai Alternatif Peluang Usaha
Obsesinews.com, Tanah Bumbu – Budidaya Kebun Kopi di kawasan Kabupaten Tanah Bumbu (Kab.Tanbu) merupakan peluang tambahan nilai ekonomis bagi masyarakat dan tidak mustahil untuk diguleti pekebun, Rabu (15/12/2021).
Budidaya Kebun Kopi di Kabupaten Tanah Bumbu patut di coba masyarakat, pasalnya karena melonjaknya 3 komoditi yang sudah terkenal, pemikiran masyarakat stuck (terjebak) pada Sawit, Karet dan Kelapa, padahal jika mau melihat peluang perkembangan kebun secara lebih unggul, tanaman komoditi lain juga menggiurkan untuk diterapkan.
Seperti halnya menanam Kopi. Pada masa kini, Kopi menjadi konsumsi mendunia yang lintasannya dalam negeri maupun luar negeri dari berbagai nama dan latar belakang ketenaran. Dari mulai kesukaan konsumsi di rumahan hingga Kedai dan Cafe, Kopi memiliki tren yang nilainya tinggi. Bisnis di bidang Kopi pun disebut menjanjikan.
Sementara itu menanggapi hal ini, Agus Dwi Wahyono, S.Hut. MP selaku Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kab. Tanah Bumbu, mengungkapkan bahwa masyarakat Tanah Bumbu harus mengubah cara pandangnya terhadap perkembangan perkebunan yang ada, sebagaimana hal itu di inginkannya agar masyarakat dapat menangkap peluang yang dapat menambah nilai guna ekonomis masyarakat khususnya para penggarap kebun/pekebun di desa.
“Jadi untuk Kopi, kita sendiri di Kabupaten Tanah Bumbu tidak terlalu fokus kesana, selama ini kan kita fokus pada tiga komoditi yaitu Karet, Sawit dan Kelapa Dalam. Perkebunan dengan komoditi lainnya seperti Kopi kita belum terprogram. Memang kita ada diminta untuk mengembangkan budidaya terkait Kopi akan tetapi sistem pengusulannya sudah kita coba kemaren. Pada daerah kita menurut informasinya untuk produksi Kopi terdapat di daerah Kecamatan Kuranji dan beberapa lokasi lainnya, Kopi yang ditanam pun jenis Kopi Hutan yaitu Liberika,” ungkapnya.
Sementara usul untuk pembimbingan penanaman Kebun Kopi secara Kelompok Petani belum ada, adapun peluang maupun support dari provinsi terkait tawaran pengembangan komoditi Kopi, dari pihak Pemkab melalui Dinas Pertanian setempat pun telah siap menuntun.
“Kita ada koordinasi ke KPH Pelaihari untuk pengadaan bibit tersebut, kita mau arahnya kesana, di tahun berikutnya kita maunya bukan hanya komoditi komoditi yang ada ini saja, melainkan lebih ke pengembangan APBD kita untuk mainnya ke arah tanam Aren, Cengkeh sama Kopi. Marabahan juga sedang besar besarnya dalam pengadaan Kopi, Pelaihari sudah ada alat namun masih terkendala masalah pengembangan,” ungkapnya.
Dengan luasan kebun yang ada di Tanah Bumbu, tanaman sejenis Kopi tidak perlu hamparan kebun yang tinggi, hal yang perlu di ubah adalah cara pandang masyarakat terhadap pengembangan perkebunan.
“Tinggal kita merubah paradigma masyarakat kita untuk mau Berbudidaya Kopi dengan asumsi bahwa lahan yang sudah habis ditanami Sawit dan Karet tersebut kemudian dapat disisipkan tanaman Kopi dibawah tegakkan Sawit maupun Karet, sesuai jarak atur meskipun tidak maksimal namun hal itu bisa dilakukan,” ujarnya.
Andrie Juniar Tenggara, SP selaku Kepala Seksi Produksi, Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Bumbu, manambahkan bahwa terkait penanaman Kopi, harus dipertimbangkan kondisi iklim juga.
“Dataran kita terlalu lembab, sehingga kualitas pertumbuhan kopi masih tidak maksimal, jadi kita disini kan lebih dominan untuk Sawit, Karet, Kelapa dan juga tanaman Padi, kalau Kopi hampir sama perawatannya seperti Kakao. Sementara belum ada ditemui satu Pabrik Kopi dengan produksi besar, menurut informasi pun baik di wilayah Mentewe, Karang Bintang, Kersik Putih, Kusan Hulu, Dadap, Batu Bulan dan sekitarnya, warga hanya melalukan penanaman untuk di konsumsi sendiri,” pungkasnya.
Kopi menjadi tanaman pekarangan rumah tangga. Di Tanah Bumbu Kopi komoditasnya masih kalah trending dari Sawit.
Indonesia merupakan produsen Kopi ke-4 di dunia. Sedangkan dukungan dari pemerintah yang dibutuhkan ialah dukungan program intensifikasi dan replanting kopi eksisting di KTI, dukungan program pengembangan di daerah potensial yang sesuai di KTI, dukungan fasilitas prosesing bahan baku untuk ekspor bagi koperasi, penyederhanaan persyaratan, proses dan prosedur ekspor serta dan lainnya. (*/red).