Pemulung atas, gelandangan bawah yang menempati Los pasar

Obsesinews.com, Nganjuk – Jaman Semakin Maju, Masyarakat Makin Enggan Belanja Di Pasar Tradisional. Makin Banyaknya Toko Swalayan Yang Menyediakan Berbagai Macam Kebutuhan. Mulai Bahan Mentah Yang Berkualitas Hingga Bahan Makanan Siap Saji. 
Dampaknya, Keberadaan Pasar Tradisional-Yang Menjual Sayur-Mayur Dan Bahan-Bahan Mentah Termasuk Bumbu Dapur, Kian Ditinggalkan.

Ditambah Buruknya pengelolaan pasar oleh pihak Pemkab, menjadikan pamor pasar tradisional makin berkurang peminatnya. “Penghasilan dari retribusi, baik parkir maupun retribusi bagi pedagang yang berjualan di dalam pasar, jauh dari target,” ujar Sukarmin, mantri pasar Kelurahan Mangundikaran Kecamatan Kota Nganjuk. 

Akibatnya pasar tidak lagi menjadi tempat pedagang berjualan. Melainkan menjadi “markas” gelandangan, pengamen, pengemis dan pemulung, Bahkan sering pula jadi ‘lokalisasi’ kelas teri. 

Meskipun hampir tiap malam ada petugas dari Polsek Kota Nganjuk atau Kodim 0810 Nganjuk yang berpatroli, nampaknya ibarat tikus di dalam lumbung. Meski sering ada kucing lewat, mereka berlari dan sembunyi. Begitu kucingnya pergi, tikus-tikus kembali ke sarangnya.
Beberapa pemulung yang dapat ditemui “ObsesiNews” berdalih, mereka menempati pasar sejak lama, “Kulo pun manggen lebet mriki (pasar) kaet tahun 2007 nggih mboten nate diobrak (Saya sudah menempati pasar sejak tahun 2007 dan tidak pernah dirazia),” ungkap Karti (55), pemulung botol bekas air mineral asal Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. (Agg/Red)